BIAS - ROBOH
Bias
Pada jam ini, kemarin.Aku kehilangan sesuatu yang selama ini aku agung-agungkan
Kehilangan sesuatu yang ternyata sekuat apapun kita jaga ada kekuatan yang Maha Dahsyat
Menyadari bahwa diri ini tidak patut berbangga
Jika waktu dikembalikan, mungkin lebih dari ini yang aku terima
Pelajaran bisa dari mana saja
Celakanya tidak semua wajah bisa menerimanya
Beberapa detik aku menjadi orang bias
Sangat bias
Mau menyalahkan siapa, entah
Mau menangis, jangan
Mau marah, apalagi
Sampai akhirnya bias itu hilang
Entah dari mana datangnya gelap, hingga aku bisa melihat purnama dengan jelas
Lalu tersadar, pelajaran hidup itu lebih menyenangkan
Lebih tematik dibandingan rumitnya susunan
Terakhir, aku berterimakasih kepada Tuhan karena tidak pernah meninggalkan
Roboh
Aku susun pelan-pelan batang uno yang bercecer di lantai
itu.
Aku jadikan dia berdiri tegak, sempurna.
Mencoba memikirkan strategi mengambil yang sempurna.
Semata-mata agar
tidak goyah,
Apalagi roboh.
Pelan-pelan, aku rasakan pelan sekali tanganku mengambilnya.
Kali ini berhasil.
Sampai aku merasa sepertinya disini aku yang paling hebat
memainkan uno ini, tiba-tiba saja dengan sombongnya aku mengambil satu batang
uno yang cukup sulit tempatnya.
Dengan perasaan biasa, aku mengambilnya dan meyakini itu
akan berhasil.
Ternyata salah, semuanya roboh. Tak bersisa.
Tapi tunggu,
Ada satu sisa, penyangga dibawahnya.
Ia tidak mungkin roboh, karena ada di meja besar yang cukup
kuat.
Aku lihat lagi, meja itu bahannya kayu biasa. Cat nya biasa
bahkan sepertinya tidak mahal, tapi aku heran kenapa bisa sekuat itu.
Padahal aku sudah menggunakannya lama sekali, pernah ku
duduki bahkan ku pukul sekuat tenaga.
Ku lekatkan kembali mataku ke batang uno yang masih ada di
meja.
Mencoba mencari
Lalu tersadar, kenapa aku menganggap meja itu kuat karena
batang uno terlalu kecil untuk menandingi kekuatannya.
Komentar
Posting Komentar